17 Desember, 2007


Keperawananku direnggut

di Hotel MARS

Semenjak aku duduk di bangku SD, aku tidak pernah bercita-cita menjadi call girl (cewek panggilan-red). Selalu berpindah dari pelukan satu lelaku ke pelukan lelaki yang lain dengan imbalan kepuasan batin atau bahkan materi dan uang sekalipun. Dan seandainya hidup ini bisa memilih, pasti aku memilih menjadi wanita yang baik-baik saja. Dan jalan hidup seseorangpun juga sulit ditebak. Aku baru tahu dan mengerti jika ternyata hidup ini sunyi dan misteri. Sesunyi nasibku saat ini yang tengah kujalani. Karena dalam kamus kehidupanku, aku tidak pernah mengenal dunia malam yang akhir-akhir ini tengah kuakrabi karena profesiku sebagai wanita penjual kenikmatan sesaat di Kota Suar Suir, Jember ini. Sebut saja namaku Linda.

Dunia malam dan hotel serta semuanya yang brengsek itu adalah mas Andre (bukan nama sebenarnya) yang telah mengenalkan kepadaku sebagai pacarnya. Dan Hotel MARS adalah sebuah tempat yang merupakan awal dari kekecewaan sekaligus kenikmatan yang aku reguk dari mas Andre. Di hotel MARS itulah aku diperawani mas Andre dan aku pasrah begitu saja karena mas Andre bejanji akan menikahi aku, namu hingga kini dia menghilang dan tak ada kabar beritanya lagi tentang dia. Aku dan mas Andre berselisih usia sangat jauh. Karena perkenalanku dengannya di kampusnya saat dia mengadakan sebuah acara dan aku menghadiri acara itu meskipun aku bolos sekolah kala itu. Waktu aku kelas dua SMU dan mas andre sudah semester akhir di sebuah perguruan tinggi di Jember, Jawa Timur. Yah, aku telah termakan bujuk rayuan mas Andre yang kini telah menjerumuskan aku ke dunia malam.

Pada mulanya, aku tidak percaya begitu saja kepadanya, namun ternyata seribu jurus bujuk rayu mas Andre membuat aku bersimpuh di mata kakinya, karena aku tidak ingin kehilangan mas Andre. Apapun yang dia minta aku turuti dia, termasuk meminta keperawananku yang dijebol di hotel MARS itu. Malam itu hujan yang turun begitu deras, membuat kami berdua saling berpelukan rapat sama-sama saling tidak ingin melepaskannya meskpun aku tahu aku telah kehilangan kehormatan/keperawananku yang telah direguk Mas Andre. Dan malam itu pula hatiku remuk redam karena benteng pertahananku telah dijebol olehnya. Benteng pertahanan itu mestinya aku persembahkan kepada suamiku kelak akhirnya Mas Andre duluan yang menenggaknya. Aku hanya bisa menangis sesenggukan di samping mas Andre yang masih hanya berbalut cover bad/sprei putih, dan hanya bisa menyesali perbuatanku. Dan untuk selanjutnya mas Andre memintaku untuk mengulangi perbuatannya, akupun mengabulkan permintaannya karena mas Andre tetap bersikokoh pada janjinya: akan menikahi aku sebagai istrinya yang sah. Namun hingga sekarang dia menghilang. Hatiku bertambah kalut. Dan dalam kekalutan itu aku berusaha menghibur hatiku dengan segala cara. Sedangkan cara yang menurutku mampu menghibur diriku yakni mengulangi perbuatan bak pasangan suami istri lagi meskpiun bukan dengan mas Andre. Pendek katanya, aku menjadi call girl (gadis panggilan). Awal aku terjun ke dunia malam kucari kesenangan dan kepuasan batin belaka, tidur dan pindah dari pelukan lelaki satu ke pelukan lelaki lain tanpa imbalan asal memperoleh kepuasan seksual setelah kepuasan batin. Akan tetapi, sekarang aku piker, aku juga butuh membiayai perawatan tubuhku serta butuh biaya penampilan di mata para pelangganku. Jadi, aku harus komersial dan mematok harga/tarip kepada setiap lelaki yang ingin mencicipi tubuh indahku. Gaya hidupku sekarang menjadi lain dari wanita-wanita pada umumnya. Penampilanku juga lain. Aku selalu berpakaian seksi dan menampakkan aurat agar menimbulkan rangsangan terhadap setiap pria hidung belang yang ingin tidur denganku. Meskipun aku mematok tarip lumayan mahal, namun toh banyak juga pemuda-pemuda seperti mas Andre (yang dompetnya pas-pasan-red) yang membooking aku ke hotel. Dan selebihnya, pelangganku adalah bapak-bapak bertubuh tambun yang berduit. Namun, bapak-bapak berduit itu bukanlah sasaranku yang utama, yang kuutamakan adalah pelanggan-pelanggan muda seperti mas Andre agar luka hatiku bisa terobati. Kepada saudara-saudaraku sesama kaum hawa, aku berdoa semoga tidak mengalami pengalaman hidup seperti aku ini. (KISAH NYATA ini dituturkan Linda kepada Novi. H dan Anies Sepivirawan)

Tidak ada komentar:

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE