17 Januari, 2008

pak harto masih kuasai media cetak

Semenjak Jenderal Soeharto sakit di awal tahun ini, halaman depan berbagai media massa cetak mainstream begitu rajin menurunkan berita mengenai sakitnya mantan penguasa rezim otoriter Orde Baru tersebut.

Harian Kompas (14/1), misalnya, telah memuat berita mengenai kondisi kesehatan Soeharto menjadi berita headline pada halaman depannya. Hari ini (16/1), Soeharto memang tidak lagi menjadi headline di Kompas. Namun, harian ini masih menempatkan foto mantan Presiden Habibie saat menjenguk Soeharto di halaman depan media tersebut.

Sementara, Koran Tempo (16/1) masih menempatkan berita mengenai Seoharto menjadi headline-nya. Koran ini malah mempunyai rubrik khusus yang berjudul "Pergulatan Soeharto".

Bahkan, pada Majalah Tempo edisi 47/XXXVI/14 - 20 Januari 2008 menjadikan berita terkait dengan kesehatan Soeharto sebagai laporan utamanya.

Ketiga media di atas (Kompas, koran dan majalah Tempo) adalah sedikit contoh dari media mainstream (media besar) yang menjadikan berita terkait kesehatan Soeharto sebagai berita utamanya. Hal itu belum termasuk media massa elektronik dan online yang menyiarkan update berita yang terkait dengan kesehatan Soeharto.

Akibatnya, sudah dapat dipastikan berita-berita yang terkait dengan kepentingan publik seperti kondisi terakhir korban bencana alam di Jawa, Jayapura, bahkan korban bencana banjir air pasang di Muara Baru, Jakarta Utara, menjadi sekadar berita tempelan dari berita utama mengenai kesehatan mantan penguasa otoriter tersebut.

Gencarnya berita mengenai kesehatan Soeharto jugalah mungkin yang mendorong pemimpin rezim jaim (jaga image) Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) beberapa kali mengadakan jumpa pers untuk ikut-ikutan menanggapi kondisi terakhir kesehatan Soeharto. Bahkan, SBY merelakan tugas kenegaraannya di Malaysia dipercepat setelah mendengar kondisi Soeharto kritis.

Tidak hanya itu, para tokoh politik pun seperti paduan suara menyarankan masyarakat memaafkan 'pemenang hadiah Rp1 triliun' dari kasus majalah Time itu. Pertanyaanya kemudian adalah, selama belum ada putusan dari pengadilan tentang keselahan Soeharto atau pengakuan bersalah darinya, apa yang mau dimaafkan?

Meskipun begitu, publik harus tetap mengakui bahwa Soeharto memang orang kuat di negeri ini. Betapa tidak, semasa dia berkuasa, dengan kekuasaannya dia membunuh kebebasan pers yang dianggap mengganggu stabilitas keamanan rezim Orde Baru. Kini, meskipun sedang terkapar di rumah sakit, Soeharto mampu mengubah media massa mainstream dari penyambung lidah rakyat menjadi sekadar staf humas keluarga Cendana. Saat ini, media massa benar-benar dalam genggaman kekuasaan keluarga kaya itu.

Tidak ada komentar:

Arsip Berita Klik disini

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE