17 Desember, 2007

Dicari, Gubernur (Yang Mampu) Atasi Byar Pet

KAMPANYE Pilgub Kaltim 2008 belum dimulai. Tapi sejumlah bakal calon gubernur (cagub) sudah mulai menabuh genderang perang. Tim sukses dibentuk. Kunjung sana kunjung sini, dekati warga. Janji sana janji sini, tebar simpati. Janji perluas lapangan kerja, layanan kesehatan dan pendidikan gratis, perbaikan infrastruktur, hingga peningkatan kesejahteraan warga. Pendek kata, apa pun kebutuhan warga, A sampai Z akan terpenuhi kalau dia terpilih. Tapi, adakah bakal cagub yang sudah berani sesumbar akan mampu atasi masalah kelistrikan pada tahun 2008?

Jawabnya tidak! Kenapa takut? Kalau saya seorang cagub, saya akan janjikan kepada warga bahwa masalah byar pet akan teratasi pada tahun 2008. Saya akan sesumbar, pilihlah saya karena saya jamin tak hanya cuma byar pet yang teratasi, sambungan baru dan penambahan daya pun akan terwujudkan. Sindiran itu saya sampaikan dalam diskusi "Membedah Persoalan Kelistrikan Kaltim" yang digelar DPW ) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kaltim, Sabtu(2/6)lalu di Samarinda.

Selain saya, diskusi menghadirkan pembicara lain, Manajer Cabang PLN Samarinda Ir Daru Tri Tjahjono. Masih belum jelas benar, apakah ketiadaan janji terhadap masalah yang satu ini karena para bakal cagub menyadari amat peliknya masalah kelistrikan, sehingga tidak mau menanggung resiko besar: menjadi sasaran keluhan, cacian hingga amarah warga. Atau karena mereka pada dasarnya kurang peduli terhadap persoalan esensial yang dihadapi warga.

Tapi kalau saya berani menjanjikan itu, semata karena saya tahu bahwa listrik di Sektor Mahakam memang akan teratasi mulai tahun 2008 (informasi ini seharusnya jadi rahasia bagi rival cagub yang lain ha ha ha ... setelah beberapa tahun molor). Seharusnya para cagub tahu hal ini, lumayan bisa tambah perolehan suara kelak.

Kondisi kelistrikan di Kaltim, khususnya Samarinda, Balikpapan, dan Tenggarong yang terhubung lewat Sektor Mahakam, saat ini memang menjadi keluhan banyak orang. Sudah banyak keluhan dan caci maki disampaikan. Amuk massa terhadap Loket Pembayaran PLN juga dilakukan. Tapi tidak membuat byar pet menjadi berkurang, apalagi hilang.

Tidak heran kalau kini kemudian berkembang woro-woro dalam obrolan di sejumlah warung kopi: Dicari Seorang Kepala Daerah yang Mampu Atasi Byar Pet. Dalam bahasa sederhana dikatakan: Barang siapa yang mampu atasi byar pet, maka dia yang kami pilih menjadi Gubernur, Bupati, atau Walikota.

Lihat saja, warga biasa hingga Walikota kesal gara-gara persoalan byar pet ini. Walikota Samarinda Achmad Amins bahkan langsung sidak ke PLTGU Tanjung Batu di Kabupaten Kukar, sehari setelah warganya merusak Loket Pembayaran PLN di Lempake. "Amun aku jadi warga, mungkin lebih dari yang mereka lakukan," kata Amins ketika itu.

Namun menurut peserta diskusi, Amins seharusnya tidak berhenti sampai di tingkat kekesalan saja. Sebagai Walikota, kata Mila Wardhani, anggota DPRD Samarinda, mestinya Walikota memperjuangkan agar byar pet di kota ini bisa segera teratasi. Walikota pernah menyatakan dirinya sudah muyak teken-teken terus MoU untuk membangun pembangkit baru tapi hasilnya nol.

"Tapi tekennya dengan siapa. Apakah PLN dilibatkan? Tidak kan?" kata Manajer PLN Samarinda Daru Tri Tjahjono. MoU dengan pihak Roll Royce dan Semco sebagai penyedia gas itu, akhirnya kandas.

Daru mengingatkan, tidak sedikit investor yang datang ternyata hanya sebagai broker. PLN sendiri sudah banyak menerima proposal, jumlahnya mencapai ratusan. Namun setelah dijelaskan kondisi kelistrikan yang ada, mereka tak pernah datang lagi. Sebab kebanyakan ternyata cuma jadi broker yang hanya mengincar fee.

Dalam diskusi juga terungkap keinginan hendaknya PLN dilibatkan sejak awal dari setiap rencana membangun pembangkit. Jangan lagi ada MoU yang berjalan sendiri, hanya antara kepala daerah dan investor. Bagaimana pun daya listrik yang dihasilkan oleh investor akan dijual dan dipasarkan oleh PLN, jadi harus disepakati dini soal harga dan teknis lainnya. Namun PLN hendaknya juga tak hanya menunggu. PLN harus proaktif dekati Pemda dan DPRD menyampaikan rencana dan kajian teknis untuk mengatasi masalah kelistrikan di Kaltim.

"Satu hal lagi yang penting, PLN harus transparan menjaga akuntablitas agar kepercayaan warga tidak menurun. Kalau perlu aduit bersama. Agar warga tak bertanya-tanya, kenapa sih mesin sering rusak, apa benar spesifikasinya, apa iya telah dipelihara secara benar, dan sebagainya. Sebab soal yang timbul saar ini, tidak terlepas dari kurang transparannya PLN selama ini terhadap publik," kata seorang peserta.

Krisis listrik di Kaltim, khususnya Sektor Mahakam, memang diprediksi akan mulai teratasi awal 2008, menyusul adanya tambahan dari dari sejumlah pembangkit baru. Sehingga kalau ada cagub yang sesumbar bahwa ia bisa atasi byar pet pada tahun 2008, kata Daru, bisa dipastikan bukan karena perjuangannya.

Tambahan daya itu berasal dari tersambungnya pipa gas dari Semco ke PLTGU Tanjung Batu (10 MW) sejak pertengahan Mei 2007, sewa genset berbahan bakar minyak residu pada November 2007 (30 MW), dan beroperasinya PLTU milik Perusda Kelistrikan pada akhir 2007 (25 MW, menyusul 25 MW lagi pada 2008). Sehingga defisit daya sebesar 20 MW diharapkan dengan sendirinya bisa diatasi dengan tambahan daya sebesar total 90 MW.
***
BUAT apa lagi diumumkan jadwal pemadaman listrik. Toh, tiap hari mati lampu. Komentar sinis warga itu diungkapkan kembali Ketua DPD Partai keadilan Sejahtera (PKS) Samarinda Sarwono dalam diskusi itu. Sarwono bertindak selaku moderator diskusi saat itu.

Beragam komentar warga diungkapkan terkait masalah byar pet kelistrikan di Kaltim ini. Daru menyatakan, sudah tidak terhitung dia dan jajarannya mendapat keluhan warga gara-gara soal yang satu ini. "Kalau pertanyaan mereka baik-baik saja ya masih enak. Tapi tak jarang, belum-belum sudah keluarkan kata-kata binatang, sumpah serapah dan kata kasar lainnya. Duh, saya hanya bisa mengurut dada, berdoa dalam hati, sabar-sabar," kata Daru saat mengisahkan hari-harinya menjadi orang nomor satu di Cabang PLN yang membawahi Samarinda dan Tenggarong ini.

Tapi bukan hanya Daru yang pernah jadi sasaran omelan warga. Meski tidak bertanggung jawab terhadap permasalahan kelistrikan di Kaltim, saya dan Sarwono juga pernah pula ketiban omelan itu. PKS pernah didatangi sekolompok warga yang meminta bantuan rekan dan keluarga mereka dibebaskan dari sel Poltabes Samarinda. Sejumlah warga Lempake saat itu ditahan sebab diduga terlibat dalam aksi amuk massa terhadap Loket Pembayaran PLN Lempake, 14 Meret 2007 lalu.

"Mereka menuntut pokoknya harus dibebaskan hari ini juga. Lho, kok jadinya seperti PKS yang menahan mereka. Untungnya, Pak Marwoto (Kapoltabes Samarinda) saat saya hubungi mau membebaskan mereka," kata Sarwono.

Lain lain lagi dengan saya. Sehari setelah muncul pemberitaan di Tribun mengenai akan berkurangnya byar pet menyusul tambahan daya sekitar 15 MW setelah berfungsinya aliran gas PT Semco ke PLTGU Tanjung Batu, dua orang warga menelpon ke redaksi. Dengan suara keras dan marah-marah dia pertanyakan kebenaran berita Tribun karena listrik di rumahnya Jalan KH Wahid Hasyim justru padam.

Saya bilang, kesalahan bukan pada kami. Juga bukan pada bapak. Tapi pada Pak Daru yang telah memadamkan listrik kawasan tempat bapak tinggal. Jadi, kami yang kerja di media ternyata juga kena imbas kemarahan warga. Padahal sebagai warga, Sarwono, saya atau yang lainnya juga sama kesal dan kecewanya seperti mereka.

Walikota Samarinda Achmad Amins misalnya, saking kesalnya terhadap PLN, langsung inspeksi mendadak ke Tanjung Batu. Itu dilakukan sehari setelah amuk massa di Lempake. Apalagi sudah teramat sering ia mendapat keluhan warga soal listrik yang selalu padam. "Amun aku jadi warga, mungkin lebih dari yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu di rumah Walikota juga byar pet," kata Amins.

Lebih jauh, melalui makalah berjudul "Byar Pet Tak Berkesudahan, Tanya Kenapa?!", saya katakan, cara orang mengungkapkan kekesalannya cukup beragam. Ada yang langsung marah, mengeluarkan sumpah serapah, dengan sindiran, ada pula yang hanya berdiam diri saja karena menyadari omelannya tidak akan lantas menghidupkan listrik.

Sebuah komentar di milis misalnya, menyatakan kekesalannya secara halus, "Tempat kami di Kaltim (bukan Kalifornia Timur) adalah sumber energi. Slogan dimana-mana berbunyi "Bangga Membangun Kaltim. Jadi, setuju swastakan saja." Juga simak komentar yang ini, "Sabar, sabar, Bro (sambil garuk-garuk kepala ngegaya mikir padahal juga sebel), gimana ya kalau Indonesia bikin terobosan untuk pemenuhan energi, dengan membuat PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga DaLam). Khan kita tau banyak orang berilmu tinggi dan orang pintar."

Terlalu banyak dan sering keluhan yang harus didengar, sehingga mungkin menjadi hal yang lumrah bagi jajaran PLN. Apakah kepekaan PLN akan berkurang? Tidak jelas. Tapi yang pasti, PLN tidak lagi disiplin terhadap jadwal pemdaman yang dibuatnya sendiri. Acapkali mati pada daerah yang tidak pada gilirannya. Padahal, setidaknya kalau PLN konsisten terhadap jadwal itu, bisa mengurangi sedikit kekecewaan warga.

Bahkan, belakangan jadwal pemdaman aliran listrik yang diumumkan di media cetak terkesan hanya untuk memenuhi formalitas. Tak peduli akan dibaca atau tidak yang penting sudah diumumkan. Lihat saja, iklan pengumuman terakhir 31 Mei, siapa yang bisa baca ukuran huruf sekecil itu. Jangan-jangan warga harus keluar uang lagi untuk membeli kaca pembesar agar bisa lihat kapan rumahnya kena giliran pemadaman.[achmad bintoro]

Tidak ada komentar:

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE