17 Desember, 2007


Setelah sang buah cinta lahir, aku di telantarkannya

Bahtera rumah tangga yang aku dambakan dengan sakinah ternyata telah membuat hati dan jabang bayiku hancur, walau aku akui bahwa diriku bukanlah yang pertama dan aku juga merasa dia juga bukan yang pertama bagiku, namun kesetiaan yang aku berikan padanya melebihi dari segalanya.

Perjalanan panjang hidupku memang tak seindah para remaja- remaja lainnya. Rini (25) aku adalah saudara tertua dari empat bersaudara, aku dilahirkan didalam keluarga yang tergolong tidak mampu, karena selama aku di lahirkan kedua orang tuaku selalu berpindah pindah dari tempat daerah lain ke tempat yang lain lagi asal ada pekerjaan yang bisa mencukupi keluarga, aku dan adik adikku juga ikut dibawanya sebagai pengapdianku aku juga turut memperingan beban yang di pikul oleh kedua orang tuaku dengan membantu kebutuhan keluarga dan terutama adik adikku. Aku yang hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP) aku sudah mulai hidup dengan dibawah tekanan ekonomi keluargaku, bahkan tidak sedikit para lelaki yang akan meminangku walau mereka sangat tidak pantas menyunting aku, untuk dijadikan istrinya.

Demi sebuah pengabdianku dan adik adikku pada orang tuaku, adik nomer duaku yang juga wanita Mega (23)dia dia juga turut serta membantu kedua orang tuaku bahkan dia demi menunjang ekonomi keluarga di harus merelakan masa depannya demi keluarga, dia yang waktu itu sedang berusia 14 tahun dan masih duduk di kelas 4 bangku Sekolah Dasar ini merelakan dipaksa menikah dengan seorang yang sudah uzur lanjut usia yang berumur 55 tahun, salah satu pengusaha kaya kerajinan antic khas dayak Kalimantan Timur yang pada akhirnya pernikahan itu hanya berjalan 9 tahun lamanya dan dikaruniai satu orang anak.

Singkat cerita, sejak aku bekerja di sebuah kantor jasa Pos pengiriman surat di daerah Balik Papan Kalimantan Timur disana aku bertemu dengan seorang laki laki Ayang (30) yang waktu itu dia bekerja di sebuah jasa transportasi, sebagai sopir di sebuah perusahaan batu bara, dan akhirnya kamipun melangsungkan sebuah pernikahan, namun karena Persiapan suami yang masih kurang menentu dan dia sendiri juga masih terus mengulur ngulur waktu untuk menikah secara sah, kamipun menikah dibawah tangan /nikah sirih, dan lama kelamaan buah cita kamipun berkembang, aku sudah mulai merasakan yang berbeda pada tubuhku, ternyata aku sudah menginduk janin dari hasil hubunganku dengan suamiku, namun pernikahan secara sah yang aku impikan tak kunjung jua, justru malah setelah suamiku tau setelah aku mengandung anaknya dia bukannya senang malah cintanyapun mulai pudar, bahkan dia sudah mulai banyak tingkah untuk bisa menjauh dari aku, bahkan setelah usia kandunganku 6 bulan, dia yang jatuh karena kecelakaan, dia malah ber ekting / berpura pura lupa ingatan, karena aku tak tahan akhirnya aku pulang ka kampong halamanku di daerah Melak salah satu kabupaten yang baru dibentuk baru baru ini, wilayah bagian Kalimantan Timur.

Setelah janin yang kukandung itu lahir aku mencoba menghubungi ayahnya yang sekarang tetap dia menjalani pekerjaannya sebagai sopir di salah satu perusahaan di PT Utama Transport Air Puti Juanda Samarinda Kalimantan Timur namun bukannya dia senang atas kehadiran anaknya, justru malah dia ingin anak itu disuruh buang aja, perasaan yang sangat menusuk hatiku justru dia kini sedang bersenang senang dengan wanita barunya kumpul seatap dan dia mengusirku seakan sudah tak peduli lagi akan masa depan anakku dan aku sendiri sebagai ibu kandung dari jabang bayi yang kini lahir sebulan yang lalu, yang lebih menyakitkan dan menusuk hatiku dia dalam waktu dekat ini akan melangsungkan pernikahan secara sah dan merencanakan bulan madu yang tak bisa aku dapatkan sebelumnya selama manjadi istrinya.

Kini aku hanya bisa pasrah pada keadilan Tuhan atas perlakuan laki laki yang telah menghancurkan masa depanku, karena aku mau menuntutpun aku gak punya kekuatan yang bisa menjerat dia ke pihak yang berwajib dan Hukum, karena aku menikah dengannya dibawah tangan tanpa melalui KUA (Kantor Urusan Agama) yang sah.

Dengan perasaan sedih dan menangis Rini Marlina menceritakan kisah nyatanya apa yang sedang dialaminya baru baru ini pada Tabloid X-pose, disebuah penginapan di tengah kota Samarinda Kalimantan Timur, dimana waktu itu dia sedang sama sama menginap di penginapan tersebut bersama sang jabang bayinya dan di dampingi adiknya selepas menemui suaminya Ayang yang telah merengguk masa depannya. (red)

Tidak ada komentar:

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE