04 Maret, 2008

KISAH PASUTRI YANG MENDERITA HIV/AIDS [ODHA] MENJADI RELAWAN KDS PERANGI HIV/AIDS

Banyak penderita HIV/AIDS yang meninggal sia sia ada yang malu dan tertutup enggan berobat menghabiskan sisa hidup menyendiri.Namun tak semua ODHA[Orang dengan HIV/AIDS] putus harapan .Ada yang memiliki semangat hidup yang kuat bahkan mereka menjadi relawan Kelompok Dukungan Sebaya [KDS]untuk memberikan motivasi danpemahaman tentang penyakit yang di deritanya.kepada masyarakat luas.

Dari awal 2008 sampai bulan pebruari 15 orang rumah sakit sanglah mencatat pasien HIV/AIDS yang meninggal dunia.Dan yang di rawat di rumah sakit RSUP Sanglah pun ada . Banyak pula yang sekedar memeriksakan diri dengan hasil mereka positiv terjangkin virus yang mematikan tersebut.Di bali dari dulu satngat gencar memerangi virus HIV/AIDS Namun di beberapa kabupaten di bali bukannya menurun penderita HIV/AIDS namun sebaliknya kian meningkat .Sementara itu bagaimana kisah pasangan suami istri dari kabupaten buleleng yang kini terjangkit virus mematikan itu?Tak ada malu untuk bertobat dan berobat itulah prisip yang positif dari pasutri yang tinggal di dusun Goris desa pejarakan kecamatan gerokgak buleleng bali itu memilih menjadi relawan karna betapa sakitnya jiwa kami setelah kami mendapatkan diskriminasi dari masyarakat.Kalau ini terus terjadi mungkin banyak yang senasib dengan kami yang ingin bunuh diri karna sedikit masyarakat ang memahami sakit ini.”kata Made suparja . kejadian pahit itu di alami oleh pasutri ini sekitar tahun 2005 karna Suparja yang dulunya berprofesi sebagai sopir jakarta bali mulai curiga melihat keadaan istrinya Made Siti , saat itu Made Siti menderita batuk batukyang tak kunjung sembuh lidahnya pecah pecah dan mulutnya jamuan.Berkat informasi mengenai penyakit HIV/AIDS yang dia dapatkan Made Suparja memeriksakan darahnya untuk mendapatkan kepastian.Diapun menyadari bahwa prilaku jeleknya pada saat masih jadi sopir kini harus di bayar mahal.Laki laki asal Banyuatis singaraja ini dulunya sering singgah di komplek pelacuran. Singkat cerita sang istripun ikut mewarisi sakit sang suami setelah melalui pemeriksaan darah dengan hasil positif.Berkali kali suparja memberikan pemahaman kepada sang istri dengan tabah istrinya ikut serta menjalani pemeriksaan.serta pengobatan.

Saat itu pula perubahan sikap masyarakat pada di dirinya terjadi, masyarakat mulai enggan menyapa mereka selalu menjauh mungkin mereka takut tertular . kalau kami jalan semua mata memandang dan dan menghindar.Ada lagi pengalaman pahit Suparja yaitu saat membeli nasi pedagang tak mengijinkan memakai piringnya dan selalu di bungkus dengan kertas.Istri suparja berjualan di pasartradisional di desa goris gerokgak pada saat masyarakat tahu dia terkena HIV/AIDS tak satupun ada yang datang untuk membeli dagangannya.Kalau mau berobat kedenpasar tak ada yang meminjami helm buat istri saya , katanya takut tertular.Kami tahu ketakutan masyarakat dan kami berusaha untuk tetap tabah menjalani hidup ini kata sparja dengan mata yang berkaca kaca.Diskriminasi tidak hanya di lakukan oleh masyarakat setempat tapi juga datang dari anak tiri suparja yang malu melihat orang tuanya sakit seperti ini.Waktu tiga bulanan cucunya [upacara tiga bulanan anak lahir] saya dan istri di larang hadir dalam acara tersebut.Kami menerima iklas mungkin sudah nasib kami.Tapi kalau anak tiri yang perempuan sudah mengerti dan faham dengan keadaan kami, bahkan kami di ijinkan menggendong anaknya “tambah suparja terharu sekali”..Diskriminasi sempat membuat kami putus asa dan berniat gantung diri tapi berkat dukungan dari Yayasan citra usadha indonesia yang ada di buleleng dan siraman rohani yang ia tonton di televisi katanya.

Tidak ada komentar:

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE