10 Februari, 2008

Diguyur Hujan 7 Jam, Banjir Nyaris Tenggelamkan Situbondo

Trauma atas kejadian banjir bandang tahun 2002 lalu kini tampaknya sudah benar-benar hinggap di benak para warga masyarakat Situbondo yang rumahnya diterjang banjir. Dan sikap traumatis di benak mereka itupun telah benar-benar terjadi yang semestinya tidak perlu terjadi. Berikut hasil rangkuman investigasi yang dituangkan dalam Reportase Anies Septivirawan, Ari Samsul Arifin dan Novi Dinar.

Sore itu, hujan yang mengguyur kota Situbondo dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, Jum’at malam, 8 Pebruari 2008 sepanjang kurun waktu 7 jam, karena hujan itu berakhir pada pukul 01.00 dini hari, Sabtu, 9 Pebruari 2008. Hujan deras disertai angin kencang yang berawal sejak pukul 06.00 itu sempat berhenti sejenak namun hujan lebih deras lagi pada pukul 08.45 WIB. Dan air bahpun meluap di mana-mana termasuk air bah yang tumpah di sungai yang mengalir di Desa Kotakan (sungai di depan Koperasi Primkopad).Berdasarkan pengamatan tabloid X-pose di lapangan pada malam itu, air bah buangan hujan di tubuh sungai Kotakan meluap ke jalan-jalan protocol mulai dari ujung timur Jalan Pemuda, Jalan Madura, Jalan Irian jaya, Jalan Merak, Jalan A. Yani, jalan Basuki Rakhmad hanya di depan Dealer Roda Mas (pertigaan jalan/tanjung),Jalan Diponegoro, Jalan Akhmad Jakfar hingga ke pos Polantas depan Alun-alun. Selain di jantung kota, air bah sempat meluluhlantakkan rumah-rumah penduduk mulai dari sebelah utara jembatan Kotakan hingga menyisir rata ke seluruh rumah penduduk di sepanjang pinggiran daerah aliran sungai (DAS) Kelurahan Ardirejo/kawasan Cappore hingga ke kawasan perumahan penduduk Jalan Merak dan berakhir di Kantor PT PLN. Sedangkan air sungai di bawah Kantor PT PLN berhasil melongsorkan sebagian bangunan asset PLN berupa gedung dan lapangan tennis. Adapun kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum diawali dengan runtuhnya sebuah warung semi permanent beratap seng di ujung jalan Pemuda yang diseret arus air hingga ke Jalan Diponegoro. Selain itu, arus air juga sempat menyeret asset-aset pertokoan seperti 3 botol oli/pelumas mesin dan sejumlah makanan instant seperti bungkusan Indomie. Tak ayal, asset-aset niaga tersebut sempat menjadi lahan rejeki dadakan bagi sebagian penduduk yang juga menonton tragedy banjir itu.

Sedangkan di Cappore, selain runtuh sejumlah rumah penduduk, juga ada seekor ternak sapi milik warga setempat yang sudah mati kaku dengan posisi kepala terpotong oleh benda tajam yang ikut aliran air. Jalan-jalan raya yang malan itu tersulap menjadi “sungai” sempat menjadi tontonan gratis dadakan bagi sebaian warga, dan ada juga sejumlah warga yang mengungsi ke kantor DPRD. Kecepatan air bah yang melewati kawasan Jalan Diponegoro dengan kecepatan 30 KM per jam itu membuat hati cemas warga yang rumahnya berada di sisi timur sungai Paraaman. Maka seluruh warga Paraaman pun menciptakan keamanan dirinya dengan cara memecah plengsengan/pinggiran sungai agar air bah di kawasan Jalan Diponegoro tidak meluber ke jalan kecil tepi rumah penduduk. Sementara itu di sekitar kawasan Jalan Merak, sejumlah rumah beserta isinya sudah hilang terhanyut dibawa arus air. Dan di sepanjang Jalan PB Sudiman juga tampak sejumlah kendaraan besar seperti truk tengah terjebak derasnya aliran air di tubuh jalan raya antar kota. Hancurnya fasilitas umum di Jalan PB Sudirman itu yakni berupa pom bensin, pagar tempat service mobil “Indonesia Motor” serta serta lumpur juga memasuki gang-gang dan halaman penduduk seperti halaman rumah wartawan Radar Banyuwangi, Supriyono. Diperoleh informasi, Supriyono malam itu Supriyono tengah mengungsi ke rumah rekannya, Gazali Dasuki.

Dan hujan ketika itu berakhir pada pukul 3.00 dini hari.

Sabtu Pagi, 9 Pebruari 2008

---------------------------------

Suasana kesibukan orang-orang tampak sedang membersihkan ketebalan lumpur yang merendam halaman dan ruangan rumah mereka masing-masing.

Tepat pukul 10.45 di pintu gerbang sebelah barat Mapolres juga tampak Kapolres Situbondo, AKBP. Rudy Kristantyo tengah memegang cangkul membersihkan Lumpur dengan pakaian seragam milik anggotanya.

“Malam Sabtu pas di Situbondo diguyur hujan deras dan banjir, saya sedang mengecek banjir di Kecamatan Mlandingan, eh nggak taunya rumah saya dimasukin air dan baju-baju saya terkena banjir, sekarang baju yang saya pakai ini adalah milik anggota Polres,” ujar Kapolres Situbondo kepada Tabloid X-pose, Sabtu (9/2) lalu.

Sedangkan jumlah korban jiwa, berdasarkan catatan pengumuman di Kantor Kesbanglinmas Situbondo menyebutkan, hingga berita ini naik cetak, sudah ada sekitar 11 orang tewas terseret arus banjir, (data sementara). Kesebelas korban tewas tersebut yakni Nasipah (50), warga Dusun Campoan, Kecamatan Mlandingan, Marwiyah (50), warga Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, Imam (40) Desa Paowan, Jumadin (50), warga Dawuhan, Misanyo (70), warga Dawuhan, Bu Joyo, (70) Dawuhan, Bu Moha (65), dan Amin (55), warga Desa Sumberkolak, serta Bu Ahma, (75) warga Kelurahan Mimbaan.

Sementara itu sarana umum bagi masyarakat/infrastruktur yang rusak/putus yakni ada sejumlah jembatan. Jembatan itu yakni jembatan Kukusan, jembatan Tampelan, jembatan Selowogo, Jembatan Sliwung, Jembatan Ardirejo, dan juga jembatan Bandengan.

Dan ketika Tabloid X-pose mencoba melakukan investigasi pada malam Sabtu tepat pukul 00.10, diperoleh informasi dari rekan kami yang juga kebetulan tengah terjebak banjir di jalan raya Desa Landangan, tampak ada korban tewas terseret arus air banjir yang meluap dari sungai sebelah timur PT PMMP/Cold Storage. Korban tewas asli warga Kabupaten Bayuwangi itu bernama Rahmad Heriyadi (30). Pria naas yang menunggangi sepeda motor itu tak tahan melawan arus air yang begitu derasnya sehingga tubuh dan sepeda notornya terjungkal ke sebuah pinggiran sawah. Dan korban asal Banyuwangi yang bekerja di sebuah tambak di Landangan itu mengalami luka robek pada kepala bagian belakang, robek dahi, telinga, memar di dada serta robek pada leher sebelah kirinya.

Sedangkan hingga tepat pukul 11.00. WIB, Senin (11/2), X-pose melakukan penyisiran ke sepanjang jalan merak hingga ke sebelah barat dan utara. Tepat di depan SD Negeri Patokan IV, ada seorang Kepala Sekolah yang bernama Samsul R mengeluh,”Seluruh ruangan dan halaman rumah saya du belakang SD ini semuanya terisi Lumpur setebal 30 cm dan kami sangat kesulitan untuk mengeluarkannya,” ujarnya kepada Tabloid X-pose.

Begitu juga jalan kecil di sebuah gang rumah pribadi Wakil Bupati tidak luput dari luberan lumpur banjir dan salah satu rumah warga Jalan Bekisar No 35, RT 01, RW 3 bernama Sukandar juga dihantam luberan air dan Lumpur, hingga berita ini diturunkan, Sukandar dan keluarga butuh bantuan semua pihak termasuk Bupati Ismunarso agar terbebas dari musibah dan malapetaka tersebut. ***

Tidak ada komentar:

Arsip Berita Klik disini

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE