24 Januari, 2008

Menikmati Pijat Plus






Pijat sekedar relaksasi atau seks? Kali ini tim investigasi X-pose mengangkat lika-liku dunia pijat-memijat. Selain menawarkan pijat kebugaran, ternyata panti pijat juga menyediakan layanan seks sesaat.

Di Kota dingin Malang Jawa Timur, sudah sejak beberapa tahun terakhir bermunculan tempat-tempat pijat di beberapa sudut kota. Banyak anggapan dari berbagai kalangan terkait urusan pijat memijat ini. Tidak hanya sekedar untuk membuat tubuh bugar. Namun, pijat tidak hanya membuat tubuh menjadi rileks dan terasa bugar, tetapi konon dapat pula melancarkan peredaran darah hingga menyembuhkan penyakit.
Sudah barang tentu, semua orang mengetahui apa itu pijat. Pijat, bahkan sudah dikenalkan sejak kita masih bayi. Sehingga ada bermacam jenis pijat seperti refleksi, tradisonal bahkan yang paling hot namanya pijat plus-plus.

Makin banyaknya tempat pijat, juga meramaikan dunia prostitusi. Tempat pijat sering disalahgunakan oleh pemiliknya menjadi tempat prostitusi terselubung.

“FB” adalah salah satu tempat pijat di Kota Malang yang cukup bersih. Ruang pijatnya hanya dibatasi dengan selembar tirai. Sehingga aktifitas para pemijat dan tamunya dapat terkontrol. Di tempat seperti ini cukup sulit untuk melakukan aktivitas di luar pijat, karena cenderung terbuka.

Di tempat ini juga dilengkapi dengan berbagai sarana lain. Selain pijat, tamu yang datang juga bisa menikmati fasilitas relaksasi lainnya, seperti sauna atau mandi uap maupun berendam dengan air panas. Tempat pijat yang dilengkapi sarana penunjang lain, sudah barang tentu cukup mahal.

Sayangnya, untuk menarik peminat, kenyataannya banyak tempat pijat yang menawarkan hal lain. Banyak tempat prostitusi yang berkamuflase sebagai tempat pijat. Untuk sekali pijat di sana, cukup mengeluarkan sebanyak Rp100 ribu.

Seperti yang diutarakan Indah, 35 (bukan nama sebenarnya). Ia mengaku berasal dari Kota Gandrung Banyuwangi. Ia baru enam bulan berada di Kota Malang

Semula ia datang ke kota ini bertujuan mencari pekerjaan. Karena lahan pekerjan yang minim, akhirnya ia terdampar di salah satu tempat pijat di dekat pusat perbelanjaan terbesar di Kota Malang, Jawa Timur dengan gaji seadanya.

“Gaji saya tergantung banyaknya tamu yang datang ke tempat ini. Rata-rat per bulannya sayang mendapat uang dari majikan Rp150ribu. Uang sebanyak itu mana cukup untuk diberikan kepada keluarga di kampung,” ujarnya.

Untuk menambah pengahasilannya, jika diminta, ia bersedia memberikan layanan tambahan jika sesuai dengan harga yang disepakati dengan tamunya.

“Awalnya memang bertentangan dengan hati nurani. Lama kelamaan kahirnya saya menjadi terbiasa. Bahkan sekarang saya sering memancing tamu untuk mendapatkan layanan tamabahan. Pijat luar dalam,” ujarnya tersenyum renyah.

Lain lagi dengan Indah. Sonya, 26 (juga bukan nama sebenarnya), secara terang-terangan mengakui bahwa ia telah lama bekerja sebagai tukang pijat. Baik pijat yang sebenar pijat maupun pijat plus.

Selain menjadi pekerja di salah satu tempat pijat, Sonya juga menerima panggilan dari tamu-tamu hotel yang membutuhkan jasa tukang pijat. Untuk hal ini, ia bekerjasama dengan petugas hotel.

“Door to door, bang. Kalau ada tamu hotel yang menggunakan jasa tukang pijat, petugas hotel menghubungi saya melalui handphone,” katanya pada X-pose.

Diakuinya, ia lebih senang menerima panggilan tamu hotel daripada tamu yang datang ke tempat pijat ia bekerja. Selain pijat, yang pasti tamu hotelnya selau minta layanan plus, uang yang diterimanya dari tamu tersebut lumayan banyak. Apalagi jika si tamu merasa mendapat service memuaskan.

“Jika saya melayani tamu hotel, dalam satu malam saya bisa mengantongi uang sebesar Rp800ribu hingga Rp1juta,” katanya lagi.

Kenyataan ini membuat panti pijat yang sesungguhnya, maupun pekerjanya merasa tercoreng. Bahkan, banyak pula yang malu mengaku menjalani pekerjaan sebagai pemijat. Di sisi lain, godaan untuk melayani kencan cukup deras di kalangan pemijat yang bekerja di panti-panti pijat.

Gaji yang cenderung rendah membuat mereka mengharapkan pendapatan lain dengan memberi pelayanan khusus bagi tamunya. Sehingga, menjadi pemijat plus dianggap sebagai celah untuk mendapat uang dengan mudah.

Dengan kemampuan pijat sekedarnya, wanita muda dengan tubuh mulus ini, ikut meramaikan etalase etalase panti pijat. Mereka tidak sekedar memberi pelayanan pijatan, tetapi juga menawarkan tubuhnya sebagai jasa pemuas syahwat.

Wanita-wanita muda cantik inilah yang menghiasi sejumlah panti pijat. Di antara mereka, selain berumur 20-an, juga terdapat yang masih berumur belasan.

Kebanyakan, mereka adalah pencari kerja yang ujung-ujungnya menjadi pemijat plus. Selain memijat para tamu, mereka juga memberi layanan kencan. Bahkan, tamu pun diberi pijatan khusus di alat vital.

Menceburkan diri menjadi pemijat yang sekaligus penghibur lelaki, sesungguhnya mereka jalani karena penghasilan sebagai pemijat tidak terlalu besar. Sedangkan untuk keluar sebagai karyawan panti pijat, tidaklah mudah, karena terikat kontrak.

Sadar bahwa pemijat plus bukanlah pekerjaan yang baik, membuat banyak kalangan ini menutupi pekerjaan sesungguhnya di hadapan keluarga. Sehingga, yang diketahui keluarga, hanyalah mendapat hasil jerih payah mereka, tanpa tahu bahwa mereka termasuk golongan perempuan pemuas nafsu lelaki. (ar/ddk)

Tidak ada komentar:

Arsip Berita Klik disini

PROFIL X-POSE

Foto saya
Situbondo Jawa Timur, Email: xpose_news@yahoo.com, Indonesia
PENDIRI: PEMIMPIN REDAKSI / UMUM: ARI SYAMSUL ARIFIN. REDAKTUR PELAKSANA ONLINE: DIDIK BINTARA H. REPORTER: ANIES SEPTIVIRAWAN + CREW X-POSE